Selasa, 10 Maret 2015

Bukan Cerpen tapi Diary



#6
Sakit Bawa Keajaiban

Seperti yang kuinginkan, hari ini aku sakit. Senin, hari yang semua pelajarannya merupakan pelajaran favorite ku, hanya itu saja sih, sisanya, musibah! Upacara, amanat pembina, pakaian yang harus selalu rapi, guru-guru killers yang bertebaran di mana-mana dan lain-lain. Begitulah kehidupan di hari senin-ku biasanya.
Sekarang, aku tengah berbaring di tempat tidurku. Tubuhku masih terbalut selimut warna hijau kesayanganku, dahi-ku di beri kompres, wajahku tampak memerah, di sampingku tergeletak handphoneku yang batrenya tinggal 30% dan aku dalam keadaan memeluk boneka beruang kesayanganku.
Sunyi, hanya jam dinding gambar Rilakkuma dikamarku yang berdetak dengan tempo yang sama. Aku mengambil handphoneku lalu memutar sebuah lagu, lagu yang aku suka.
Taeyeon SNSD – If (Ost.Hong Gil Dong)
Lagu lama yang baik musik, lirik, ataupun terjemahan dari liriknya sangat aku sukai.
Dan aku terlelap dengan tenang.
11.00
Aku terbangun dari tidurku. Kepalaku tidak sepusing sebelumnya, badanku sudah tak lagi panas atau singkatnya keadaanku sudah cukup membaik. Namun tetap saja, keadaanku belum benar-benar pulih.
Mamaku tahu-tahu masuk kekamarku. “Gimana? Udah mendingan?”
“Ah, udah baikan kok Ma” jawabku
“Oh, ini Mama bawain makanan. Cepat sehat yah” ucap Mamaku manis. Dan aku menerimanya.
“Makasih mama”
“Sama-sama sayang”
~*~
Berjam-jam berlalu, dan aku hanya tertidur di atas tempat tidurku tanpa melakukan apapun kecuali berharap akan kehadiran seseorang saat pulang sekolah nanti. Dan orang yang kuharapkan itu adalah Aby dan Adit, namun, kemungkinannya sangat kecil, mereka pasti sibuk dengan urusan mereka masing-masing, bagaimana mungkin mereka atau salah satu dari mereka sempatt berfikir tentang ‘menjenguk diriku yang sedang terkulai lemah di atas kasur sepanjang hari’ ini!
Kalau jam segini, biasanya kelas lagi ribut atau lagi mengumpat guru mata pelajaran, kelas yang aneh memang tapi karena kelakuan aneh itulah aku jadi merindukan suasan kelas. Parah! Padahal selama beberapa bulan bersama aku tak terlalu peduli dengan suasana kelas atau apalah itu yang berhubungan dengan kelas itu, sial.
Aku bosan! Sangat bosan!
Jadi, aku membuka handphoneku yang untungnya sudah ku cas sampai batrenya penuh. Iseng, aku membuka Facebook, dan kebetulan salah satu teman sekelasku On entah karena apa.
Liana: Hey, gak sekolah ya?
Gira: Sekolah dong, kamu tu yang nggak sekolah. Hehe
Liana: Hehe, aku sakit Gi. Eh, di kelas nggak belajar yah?
Gira: Sebenernya belajar tapi ibunya lagi keluar jadi ya gitu deh. Haha, gimana udah mendingan?
Liana: Iya udah mendingan, besok udah bisa sekolah. Rindu kalian!
Gira: Haha, kami selalu ada buat kamu kok Lian, udah dulu yah, ibunya udah OTW tu. Bye.
Liana: Bye.
Oke, bye.
Jam seperti ini adalah jam pelajaran Bahasa Indonesia untuk KBM tambahan. Astaga, aku rugi KBM tambahan 1 hari. Seharusnya aku sekolah!!!
Ting
Handphoneku berbunyi, tanda ada pesan yang masuk.  Namun alangkah terkejutnya aku saat pesan yang masuk ternyata pesan dari operator. Dasar PHP, aku kira itu pesan ucapan ‘GWS’ dari siapa, eh rupanya hanya SMS dari operator, sial.
Aku menatap jam dinding yang sedari tadi berdetak mengikuti rimanya. Tidakkah jam itu merasa bosan? Aku yang hanya tidur di ranjang selama kurang lebih 12 jam saja sudah sangat bosan, maka jam itu harus berdetak tanpa henti sampai batrenya habis. Dan,,, kenapa pula aku harus peduli dengan bosan atau tidaknya sebuah jam dinding? Memangnya dia makhluk hidup?
“Sepertinya, kelamaan tidur membuat kerja otakku agak menu...”
“Liana, ada temen kamu datang!”
Tunggu
APA??
Apa mungkin itu?
Brak
Pintu kamarku terbuka dan disana ada ibuku yang tengah berdiri dengan tak sabaran, “Cepetan bangun,, ada temen-temen kamu datang”
“Siapa, Ma?”
“Nggak tau, kamu tu cepetan bangun”
Aku pun bangun dari tempat tidur, bercermin melihat betapa buruknya aku sekarang, menyisir rambutku yang seperti singa, menuangkan sedikit penyegar untuk wajahku yang berminyak dan kusam dan terakhir aku berjalan keluar kamar mengikuti Mamaku.
Saat sedang berada di ruang tengah, aku mengintip di jendela, berniat untuk mencari tahu siapa orang yang dengan baik hatinya mau datang untuk menjengukku. Disana, aku dapat melihat sosok Tio, Aji, dan entah dua orang lain yang tak aku ketahui siapa karena mereka tengah membelakangiku.
“Ihh Lian, cepetan dong” Mamaku berteriak tak sabaran
“Iya, Ma” ucapku malas-malasan lalu pergi keluar melihat teman-temanku.
Sesampainya diluar, Tio langsung menyambutku dengan tebaran senyuman gratisnya, lalu dua orang yang tak ku ketahui membalik badannya. Aku benar-benar berharap kedua orang itu adalah Aby dan Adit, namun kalau dilihat dari postur tubuhnya, aku tak yakin kalau mereka akan datang.
“Lian, kita boleh nggak minta data makalah Kimia?” tanya Tio sambil berbisik.
Krek
Kukira mereka akan menjengukku atau apalah itu yang menunjukkan suatu rasa ‘perhatian’ tapi nyatanya... Cuma mau minta tugas? Kenapa nggak sekalian ngasih tau kalo ada tugas kelompok dan aku ada di satu kelompok yang sama dengan mereka dan lagi mereka menyuruhku untuk menyelesaikan tugas itu sendiri??
Atau mungkin, mereka kira aku ini hanya sebuah software komputer yang akan melakukan apa saja tugas yang telah diberikan dengan mudahnya?
Oke, lupakan analogi bodoh itu tadi. Tapi, apa aku Cu...
“Gak apa kan Lian?” tanya seseorang yang suaranya benar-benar khas dan benar-benar kukenal, Aby.
Seketika aku meleleh. Suara yang – kalau mau jujur, sih. Jelek – indah itu membuatku terjatuh akan pesonanya. Semua fikiran dan analogi aneh tadi seketika lenyap. “Nggak apa kok, emang kalian belum yah?”
“Iya, tadi kita kena marah. Sebenernya diantara kita yang datang kesini, Cuma Aby yang udah tapi dia ngotot mau ikut” kata Tio dengan nada berbisik. Aku tertawa cekikikan. Ahhh, romantis sekali.
“Ohh oke, benter yah, aku ambil datanya dulu. Sini masuk kerumah dulu, nggak enak kan kalo Cuma diluar”ucapku manis dan berharap kalau mereka terutama Aby akan masuk.
“Nggak usah ah, udah ngerepotin malah nambah ngerepotin lagi” ucap Aji.
Aku pun masuk kerumah dan beberapa menit kemudian aku keluar dengan membawa flashdisk berisikan data kimia.
“Lian, sebenernya kamu bener-bener sakit nggak sih?” tanya Aji sambil menatapku penuh selidik.
“Aku...”
“Sakit apa? Udah Sehat? Aku udah ngebesuk nih? GWS yahh” ucap Aby memotong ucapanku dan parahnya aku hanya senyam-senyum tak jelas mendengar kata-katanya yang amat manis barusan, aku bahkan tak membalas sejuta pertanyaannya itu.
Aku mendadak teringat dengan pertanyaan Aji tadi, apa penampilanku tak menunjukkan kalau aku sakit? Dan aku malah melihat penampilanku di pantulan kaca jendela.  Kaos berwarna hitam dengan tulisan ‘Hey! Cute girl’, celana pendek warna pink, rambut yang kuikat kuda namun tak rapi, oh astaga! Ada yang lebih buruk dari inikah? Pantas saja Aji bertanya apakah aku benar-benar sakit. Bodoh!
“Hmm, yaudah deh, makasih ya Lian, makasih banyak” ucap Tio mengakhiri pertemuan hari ini.
Tidak! Jangan pergi dulu. Aku masih belum puas melihat wajah tampan Aby di rumahku, jangan pergi sekarang, kumohon.
“Udah ini kalian mau kemana?” tanyaku bodoh, yah siapa tau kan mereka mau kemana gitu.
Tio tampak berfikir lalu menjawab, “Mau nganter si Abi nih. Tau nggak? Tadi dia maksa pengen ikut padahal dia nggak bawa motor” ucapnya sedikit berbisik dan aku hanya tertawa cengengesan. Didalam hati aku sibuk berkomentar ‘Manisnya!’ hingga beribu-ribu kali karena perlakuan Abi hari ini, karena keajaiban hari ini, karena aku yang mendadak sakit hari ini. Rupanya, sakit juga bisa membawa keajaiban, seperti hari ini misalnya. Haha!
THANKS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar